Pada hari Kamis Pahing, tanggal 8 September 2022, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Kundha Kabudayan) Kabupaten Sleman bekerja sama dengan SMA Negeri 1 Seyegan menyelenggarakan kegiatan Wayang Masuk Selokan dengan mengadakan Pagelaran wayang kulit.

Kepala Dinas Kebudayaaan dan Pariwisata Kabupaten Sleman yang diwakili oleh Kepala Bidang Kebudayaan Bapak Arif Tri Laksono, S.H. menyatakan bahwa kegiatan Wayang Masuk Sekolah sebagai upaya melestarikan dan mengenalkan nilai-nilai budaya kepada para siswa. Kegiatan ini menyasar sekolah-sekolah  mulai dari tingkat sekolah dasar hingga sekolah menengah atas di kabupaten Sleman

Kepala SMA Negeri 1 Seyegan, Bapak Kristya Mintarja, S.Pd., M.Ed.St. menyambut positif kegiatan tersebut. Beliau menekankan penting bagi  remaja sekarang  untuk menguasi ilmu pengetahuan dengan tetap melestarikan nilai-nilai tradisi leluhur bangsa sehingga kita bisa menjadi bangsa yang unggul yang memiliki identitas. Jangan  sampai nilai-nilai luhur budaya bangsa hilang tergerus oleh pengaruh budaya asing.

Dengan mengambil lakon Sumilak Pedhut ing Mandura atau juga dikenal dengan cerita Kangsa Adu Jago,-sebuah kisah yang betema politik dengan sedikit bumbu asmara-  dalang Muda Ki Paetyo Banar Wicaksono dengan diiringi tim pengrawit dari SMKI Yogyakarta berhasil memukau para  penonton yang berasal dari warga SMA Negeri 1 Seyegan. Pagelaran yang mengisahkan pertarungan antara jago Adipati Kangayaitu Patih Suratimantra dengan jago Raja Basudewa dari kerajaan Mandura yaitu Wasi Balawa atau Bima yang berakhir dengan terbunuhnya adipati Kangsa itu berlangsung selama kurang lebih dua jam tersebut  berakhir pada pukul 12.00.

Patih Suratimantra akan bertindak sebagai jago menghadapi pemuda berkulit bule dan hitam bernama Kakrasana dan Narayana dari Desa Widarakandang. Apabila kedua pemuda itu tidak muncul, maka Prabu Basudewa dan Arya Ugrasena akan disembelih di hadapan banyak orang.

Tiba-tiba datanglah Aryaprabu Rukma dan Wasi Balawa (nama samaran Raden Bratasena) yang langsung naik ke atas panggung. Aryaprabu Rukma berkata bahwa dirinya gagal menemukan Kakrasana dan Narayana.