Inovasi luar biasa dilaksanakan oleh peserta didik dari SMA Negeri 1 Seyegan yang tergabung dalam karya tulis ilmiah remaja. Dari judul inovasi tentu sangat menarik. Selain sebagai salah satu inovasi unggulan untuk kegiatan adiwiyata, ionvasi ini juga dapat bermanfaat bagi lingkungan sekolah dan direncanakan untuk dapat didiseminasikan di lingkungan sekitar sekolah. Beberapa latar belakang pemilihan judul inovasi ini adalah banyak dijumpainya pohon bintaro di lingkungan sekolah.
Buah bintaro termasuk tumbuhan mangrove yang berasal dari daerah tropis di Asia, Australia, Madagaskar, dan kepulauan sebelah barat Samudera Pasifik. Pohon bintaro sering disebut juga sebagai mangga laut, buta badak, babuto, dan kayu gurita. Dalam bahasa Inggris tanaman ini dikenal sebagai sea mango. Biasanya, pohon bintaro memiliki tinggi 4-6 meter, tetapi juga dapat mencapai 12 meter. Daun dari pohon bintaro berwarna hijau tua mengkilat berbentuk bulat memanjang. Sementara bunganya berwarna putih dan berbau harum yang terdiri atas lima petal dengan mahkota berbentuk terompet yang pangkalnya berwarna merah muda. Buah bintaro berbentuk bulat telur dengan panjang sekitar 5-10 cm. Saat masih muda, buah bintaro berwarna hijau pucat yang kemudian berubah warna menjadi merah marun ketika masak.
Masyarakat di sekitar lingkungan sekolah khususnya di daerah sekitar SMAN 1 Seyegan memanfaatkan tanaman bintaro sebagai perindang. Bintaro juga dapat digunakan sebagai pestisida alami, obat pencahar dan berpotensi menjadi energi alternatif, bintaro juga dikenal ampuh untuk dijadikan sebagai bahan pengusir tikus karena adanya kandungan racun yang dikeluarkan dari biji buah bintaro. Namun masyarakat sekitar belum banyak yang mengetahui manfaat dari buah bintaro yang melimpah tersebut sehingga banyak buah bintaro yang hanya dibiarkan membusuk di pohon.
Menurut sebagian besar masyarakat desa, buah bintaro hanya dapat digunakan untuk mengusir tikus, namun nyatanya buah bintaro juga dapat dimanfaatkan juga untuk pembuatan disinfektan alami. Disinfektan berfungsi untuk meghambat atau membunuh mikroorganisme (misalnya pada bakteri, virus, dan jamur kecuali spora bakteri) pada permukaan benda mati, seperti furniture, ruangan dan lantai. Desinfektan tidak digunakan pada kulit atau selaput lendir, karena berisiko mengiritasi kulit.
Buah bintaro mengandung fenol yang terdiri dari pigmen flavonoid,tannin dan saponin (Rizal et al., 2015). Menurut Murhadi (2010), saponin dan flavonoid dalam fenol dapat menghambat sintesis asam nukleat, menghambat fungsi membrane sitoplasma, dan menghambat metabolism energi dari bakteri yang menyebabkan pertumbuhan bakteri terganggu dan bahkan menyebabkan kematian sel. Steroid pada tumbuhan ada yang memiliki fungsi untuk menghambat penuaan daun sehingga daun tidak cepat gugur. Keberadaan buah bintaro yang melimpah dan bermanfaat diolah dengan memotong-motong kulit buah bintaro dan direndam pada air hingga tertutup, terdapat kadar cerberin yang tinggi dan beracun.
Penyemprotan disinfektan secara berlebihan bisa membunuh bakteri yang ada. Disinfektan dengan kandungan alkohol 70% bisa menyebabkan bakteri mati. Tetapi, tidak hanya bakteri jahat yang mati, bakteri baik yang bermanfaat juga ikut mati. Misalnya, bakteri pembusukan sampah yang berfungsi menguraikan sampah yang ada. Jika bakteri tersebut mati, maka di khawatirkan sampah-sampah yang ada sulit untuk diuraikan, sehingga dapat menyebabkan pencemaran lingkungan (Prof. Dra. Wega Trisunaryati). Dalam penelitian ini buah bintaro yang melimpah di lingkungan sekolah akan dimanfaatkan sebagai pestisida alami (BINTILAM = Bintaro Pestisida Alami) yang akan digunakan sebagai pembasmi hama kutu putih (Phenacoccus Manihoti).
Pohon Bintaro (Cerbera odollam Gaertn) termasuk tumbuhan mangrove yang berasal dari daerah tropis di Asia, Australia, Madagaskar, dan kepulauan sebelah barat Samudera Pasifik. Pohon ini memiliki nama yang berbeda di setiap daerah, seperti othalanga Maram dalam bahasa Malayalam yang digunakan di Kerala, India, Arali kattu di negara bagian selatan India Tamil Nadu; famentana, kisopo, samanta atau tangena di Madagaskar; dan pong-pong, butabuta, Bintaro atau nyan di Asia Tenggara (Gaillard et al. 2004).
Hampir seluruh bagian tanaman bintaro mengandung racun yang disebut “cerberin” yaitu racun yang mampu menghambat saluran ion kalsium manusia, sehingga mengganggu detak jantung dan dapat menyebabkan kematian. Selain itu, asap dari pembakaran kayunya dapat menyebabkan keracunan. Walaupun begitu, pohon bintaro sebenarnya dapat diolah dan dimanfaatkan untuk kepentingan manusia, seperti sebagai pembasmi tikus (meletakan buahnya di sarang tikus), bahan baku lilin, bioinsektisida, obat luka, deodorant, dan minyak biji bintaro berpotensi sebagai biodiesel. Buah bintaro mengandung fenol yang terdiri dari pigmen flavonoid, tannin dan saponin. Menurut Murhadi (2010), saponin dan flavonoid dalam fenol dapat menghambat sintesis asam nukleat, menghambat fungsi membran sitoplasma, dan menghambat metabolisme energi dari bakteri yang menyebabkan pertumbuhan bakteri terganggu dan bahkan menyebabkan kematian sel. Buahnya dapat digunakan untuk mengusir tikus (menaruh buahnya di dekat tikus lewat).
Bijinya mengandung lokusida/alkaloid, steroid, triterpenoid dan saponin. Dalam daging buahnya terkandung flavonoid, tannin, saponin dan steroid. Senyawa golongan alkaloid bersifat toksik, repellent, dan mempunyai aktivitas penghambatan makan pada serangga (antifeedant). Minyak bintaro digunakan sebagai obat kudis dan membunuh kutu kepala. Minyak diperoleh dari biji beracun, kadarnya 54,33 persen dan berpotensi sebagai bahan baku biodiesel melalui proses hidrolisis, ekstraksi dan destilasi. Flavonoid antara lain untuk melindungi struktur sel, meningkatkan efektifitas vitamin C, antiinflamasi, mencegah keropos tulang dan sebagai antibiotik (Haris, 2011). Saponin diketahui mempunyai efek sebagai antimikroba, menghambat jamur dan melindungi tanaman dari serangan serangga (Suparjo, 2008). Senyawa tannin berperan penting untuk melindungi tumbuhan dari pemangsaan oleh herbivora dan hama, serta dalam pengaturan pertumbuhan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa senyawa aktif di antaranya saponin, polifenol dan tanin yang terkandung pada ekstrak bintaro diduga mampu meracuni dan menghambat metabolisme hama, hingga menyebabkan kematian hama. Pestisida nabati adalah pestisida yang berasal dari tumbuhan yang mengandung senyawa-senyawa bioaktif seperti alkaloid, terperoid, fenolik, dan senyawa lainnya yang dapat menghambat atau mematikan hama atau penyebab penyakit (patogen). Metabolit sekunder dapat terkandung pada jaringan seperti sel parenkim pada daun, akar, bunga, biji atau kulit batang atau kayu, rimpang atau bahkan di seluruh bagian tumbuhan (Grainge & Ahmed, 1988). Luar biasa sekali inovasi yang berhasil dilakukan oleh peserta didik SMA Negeri 1 Seyegan. Tentunya masih menunggu untuk kegiatan diseminasi di sekitar sekolah. (tulisan dikutip dan disadur dari hasil inovasi peserta didik_kun_litbang)