Rutinitas pengolahan dan pembuatan pupuk organik/kompos SMA Negeri 1 Seyegan menjadi kebiasaan rutin dari tim pokja kompos dan Duta Adiwiyata Sekolah. Kompos atau pupuk organik merupakan pupuk yang berasal dari bahan-bahan organik yang sudah mengalami proses pelapukan karena terjadi interaksi antara mikroorganisme atau bakteri pembusuk yang bekerja di dalam bahan organik tersebut. Kompos dibuat dengan bahan sampah daun kering dan basah, kotoran hewan, dan aktivator dengan perbandingan 3:1:1 atau dalam 3 ember sampah daun dicampur dengan 1 ember kohe dan 1 L aktivator kemudian ketiga bahan tersebut dicampur sambil disiram dengan air agar lebih lembab lalu dimasukkan ke dalam komposter atau tempat pengomposan dan ditutup dengan terpal. Pengomposan secara komunal ini berlangsung selama 1-3 bulan.
Setelah membuat kompos/pupuk organik dan proses pengomposan sudah berlangsung selama kurang lebih 1-3 bulan maka kompos bisa dipanen. Ciri-ciri kompos yang sudah dapat dipanen adalah sudah bertekstur dan berbau seperti tanah. Sebelum dikemas kompos dapat disaring agar ranting-ranting yang belum terurai bisa terpisah dan didapatkan kompos yang halus seperti tanah. Tulisan dan dokumentasi di sadur dari administrasi adiwiyata sekolah. (kun_litbang)
Gambar 1. Proses pengadukan sampah daun, kohe, dan aktifator
Gambar 2. Penambahan air agar adonan kompos menjadi lebih lembab dan mempercepat pengomposan
Gambar 3. Pengayaan kompos agar terpisah dari ranting-ranting yang belum terurai
Gambar 4. Proses Pengemasan Kompos