Kemiskinan relatif merupakan topik yang menarik untuk diangkat karena ia berhubungan langsung dengan cara masyarakat menilai kesejahteraan mereka berdasarkan standar hidup orang lain.

Kemiskinan relatif menekankan perbedaan antara kelompok masyarakat berdasarkan pendapatan dan akses terhadap sumber daya. Sorotan utamanya adalah ketimpangan sosial, di mana individu atau kelompok merasa miskin bukan karena kekurangan kebutuhan dasar, melainkan karena ketidakmampuan untuk memenuhi gaya hidup yang dianggap normal dalam masyarakat mereka. Ini bisa mencakup akses terhadap pendidikan, perumahan yang layak, perawatan kesehatan, hingga barang-barang konsumsi modern.

Kemiskinan relatif sering kali diukur berdasarkan kemampuan seseorang untuk mengikuti gaya hidup yang “normal” dalam masyarakat tertentu. Gaya hidup ini mungkin berbeda dari satu negara atau komunitas ke komunitas lain, tetapi pada dasarnya meliputi akses ke layanan, barang-barang mewah tertentu, dan pengalaman yang dianggap standar oleh kebanyakan orang dalam masyarakat tersebut. Jika seseorang tidak dapat berpartisipasi dalam gaya hidup ini, meskipun mereka mampu memenuhi kebutuhan dasar, mereka mungkin tetap merasa atau dianggap “miskin.”

Kemiskinan relatif dapat mempengaruhi kesejahteraan psikologis, sosial, dan ekonomi individu. Orang yang hidup dalam kemiskinan relatif sering kali merasa terpinggirkan dan mengalami tekanan sosial. Ketimpangan ini juga dapat menimbulkan masalah sosial, seperti meningkatnya kecemburuan sosial, kejahatan, serta ketidakstabilan dalam komunitas. Selain itu, individu yang mengalami kemiskinan relatif mungkin merasa kurang mampu mengakses peluang, seperti pendidikan dan pekerjaan, yang dapat memengaruhi mobilitas sosial mereka.

Konsep kemiskinan relatif menjadi lebih relevan seiring berkembangnya ekonomi modern dan meningkatnya standar hidup di masyarakat. Dengan meningkatnya perbedaan pendapatan dan munculnya konsumsi sebagai simbol status, kemiskinan relatif menjadi lebih terlihat, terutama di negara-negara maju dan berkembang sejak abad ke-20. Ketika standar hidup masyarakat umum naik, mereka yang tertinggal dalam hal akses terhadap barang dan jasa merasa semakin tertekan secara sosial.

Remaja sering kali sangat dipengaruhi oleh kemiskinan relatif karena pada usia ini, tekanan untuk menyesuaikan diri dengan teman sebaya dan lingkungan sosial sangat kuat. Ketidakmampuan untuk mengikuti tren mode, memiliki gadget terbaru, atau ikut serta dalam kegiatan sosial dapat menyebabkan perasaan rendah diri, isolasi, dan bahkan stres. Dalam jangka panjang, kemiskinan relatif dapat mempengaruhi perkembangan psikologis dan perilaku remaja, termasuk aspirasi pendidikan dan karier mereka.

Mereka yang biasanya merasa berada dalam kemiskinan relatif adalah individu atau keluarga yang pendapatannya berada di bawah standar pendapatan rata-rata di masyarakat mereka, meskipun mereka mungkin masih memenuhi kebutuhan dasar. Ini termasuk kelompok kelas menengah ke bawah, yang mungkin tidak benar-benar miskin secara absolut, tetapi merasa kurang sejahtera dibandingkan dengan standar hidup mayoritas masyarakat di sekitarnya. Dampak kemiskinan relatif mencakup berbagai aspek kehidupan sosial, psikologis, dan ekonomi. Berikut beberapa dampaknya:

 

Kesenjangan Sosial: Individu atau kelompok yang mengalami kemiskinan relatif mungkin merasa terpinggirkan dari komunitas yang lebih sejahtera. Ini bisa memperburuk ketidaksetaraan sosial dan memperlebar jarak antara kelas sosial.

Diskriminasi dan Stigma: Mereka yang hidup dalam kemiskinan relatif sering kali menghadapi stigma atau diskriminasi, baik secara langsung maupun tidak langsung, dari masyarakat yang lebih makmur. Ini dapat memengaruhi rasa harga diri dan status sosial mereka.

Polarisasi Sosial: Perbedaan antara mereka yang mampu mengikuti gaya hidup modern dan mereka yang tidak, bisa menyebabkan ketegangan sosial, bahkan memicu konflik atau kecemburuan sosial di masyarakat.

Rasa Rendah Diri dan Stress: Ketidakmampuan untuk memenuhi standar sosial yang diharapkan, seperti memiliki barang-barang tertentu atau berpartisipasi dalam kegiatan sosial, dapat menyebabkan rasa rendah diri, stress, dan kecemasan, terutama pada remaja dan kaum muda.

Depresi dan Keterasingan: Orang yang merasa “ketinggalan” secara ekonomi dibandingkan dengan rekan-rekannya dapat mengalami depresi atau perasaan keterasingan sosial, yang dapat berakibat pada masalah kesehatan mental.

Terbatasnya Mobilitas Sosial: Kemiskinan relatif dapat menghambat peluang individu atau keluarga untuk meningkatkan status ekonomi mereka, terutama jika mereka kekurangan akses terhadap pendidikan atau pekerjaan yang lebih baik.

Pengeluaran Lebih Besar: Orang yang hidup dalam kemiskinan relatif sering kali terdorong untuk mengeluarkan uang lebih banyak dari yang mereka mampu demi menyesuaikan diri dengan gaya hidup sosial, yang bisa memperburuk kondisi finansial mereka.

Bagaimana cara mengatasi kemiskinan relative?

  1. Pendidikan dan Pelatihan
    1. Akses Pendidikan Berkualitas: Memberikan akses pendidikan yang merata dapat membantu individu meningkatkan keterampilan dan memperoleh pekerjaan yang lebih baik, sehingga meningkatkan mobilitas sosial mereka.
    2. Pelatihan Kejuruan dan Pemberdayaan: Program pelatihan kejuruan yang disesuaikan dengan kebutuhan pasar kerja lokal bisa memberikan peluang baru bagi mereka yang terjebak dalam kemiskinan relatif.
  2. Penguatan Jaminan Sosial
    1. Subsidi dan Bantuan Sosial: Kebijakan sosial yang mendukung kelompok berpenghasilan rendah dapat membantu mengurangi dampak kemiskinan relatif. Misalnya, program bantuan perumahan, kesehatan, atau pendidikan bisa meningkatkan akses ke layanan penting.
    2. Pengurangan Ketimpangan Pendapatan: Reformasi kebijakan pajak dan upah minimum yang lebih adil dapat membantu mengurangi kesenjangan pendapatan antara kelompok kaya dan miskin, sehingga menekan ketimpangan ekonomi yang menyebabkan kemiskinan relatif.
  3. Peningkatan Akses terhadap Layanan Kesehatan dan Perumahan
    1. Perumahan Terjangkau: Program yang mendukung perumahan terjangkau bagi mereka yang berpenghasilan rendah dapat membantu mengatasi aspek kemiskinan relatif yang berkaitan dengan gaya hidup.
    2. Layanan Kesehatan yang Merata: Ketersediaan layanan kesehatan yang terjangkau dan berkualitas untuk semua lapisan masyarakat dapat mengurangi ketidakadilan sosial yang timbul dari ketidakmampuan mengakses layanan kesehatan.
  4. Kesadaran Sosial dan Pengurangan Stigma
    1. Kampanye Kesadaran: Meningkatkan kesadaran tentang kemiskinan relatif dan menyoroti pentingnya kesetaraan sosial dapat membantu mengurangi stigma terhadap kelompok berpenghasilan rendah.
    2. Pendidikan Nilai-Nilai Solidaritas: Mendorong nilai-nilai solidaritas dan empati di kalangan masyarakat, terutama melalui pendidikan formal dan media, dapat mengurangi polarisasi sosial.

Cara-cara di atas dianggap relatif secara efektif mengatasi kemiskinan realtif namun, diperlukan kombinasi pendekatan yang melibatkan kebijakan sosial, pendidikan, serta perubahan sikap masyarakat terhadap kemiskinan. Hal ini bisa dilakukan melalui intervensi di berbagai sektor untuk menciptakan masyarakat yang lebih inklusif dan adil. (kun_litbang)