Di tengah kepedulian global akan isu lingkungan, SMAN 1 Seyegan menunjukkan komitmen nyata melalui kegiatan inovatifnya. Para siswa berhasil mengubah limbah kertas yang tak terpakai menjadi lembaran kertas baru yang siap digunakan kembali. Inisiatif ini tidak hanya mengasah kreativitas mereka, tetapi juga menanamkan kesadaran pentingnya daur ulang dan ekonomi sirkular sejak dini.

Kegiatan daur ulang ini merupakan bagian dari program ekstrakurikuler lingkungan hidup di SMAN 1 Seyegan yang bertujuan untuk membekali siswa dengan keterampilan praktis sekaligus menumbuhkan jiwa peduli lingkungan. Dibimbing oleh guru pembimbing, para siswa diajarkan seluruh tahapan proses daur ulang kertas, mulai dari pengumpulan, pemilahan, pencacahan, hingga proses bubur kertas dan pencetakan.

Proses Edukatif dan Menyenangkan

Dalam sesi praktik, siswa-siswi SMAN 1 Seyegan tampak antusias mengikuti setiap langkah. Limbah kertas bekas dari lingkungan sekolah dan rumah dikumpulkan, kemudian dipilah berdasarkan jenisnya. Setelah itu, kertas dicacah menjadi ukuran kecil dan direndam dalam air hingga melunak. Proses selanjutnya adalah penghancuran menjadi bubur kertas menggunakan blender atau alat pengaduk.

“Seru banget bisa ikut kegiatan ini! Awalnya mikir daur ulang kertas itu ribet, tapi ternyata bisa kita lakuin sendiri dan hasilnya keren,” ujar salah satu siswi kelas X, Ayu Lestari, sambil menunjukkan lembaran kertas hasil karyanya.

Bubur kertas yang sudah jadi kemudian dicetak menggunakan cetakan khusus dan dikeringkan. Hasilnya adalah lembaran kertas baru dengan tekstur unik dan warna alami yang bervariasi, tergantung pada jenis kertas limbah yang digunakan. Kertas daur ulang ini nantinya dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan, seperti buku catatan, kartu ucapan, atau bahkan bahan baku untuk kerajinan tangan.

Membangun Kesadaran Lingkungan Sejak Dini

Kepala SMAN 1 Seyegan, Bapak Budi Santoso, mengungkapkan kebanggaannya terhadap antusiasme dan kreativitas para siswanya. “Kegiatan ini bukan hanya tentang membuat kertas baru, tetapi juga tentang membangun kesadaran akan pentingnya mengurangi sampah dan memanfaatkan kembali apa yang sudah ada,” tuturnya. “Kami berharap, melalui praktik langsung seperti ini, siswa dapat menjadi agen perubahan di lingkungan mereka masing-masing.”

Inisiatif daur ulang limbah kertas ini menjadi bukti bahwa pendidikan lingkungan hidup tidak harus selalu teoritis. Dengan pendekatan praktis dan menyenangkan, siswa dapat belajar sekaligus berkontribusi nyata dalam upaya pelestarian lingkungan. Diharapkan, kegiatan serupa dapat terus dikembangkan dan menjadi inspirasi bagi sekolah-sekolah lain untuk menciptakan generasi muda yang lebih peduli dan bertanggung jawab terhadap bumi.