Seni mural merupakan salah satu bagian ekonomi kreatif pada subsektor seni rupa. Seni mural sering disamakan dengan grafiti karena sama-sama menggambar di atas permukaan dinding yang luas. Namun, bagi Yessi Nur Mulianawati, seniman mural yang berkarya sejak 2013, mural adalah seni ekspresif dan seni sosial karena bisa dilihat oleh semua orang. 

“Mural adalah seni yang dibuat di media tembok. Sering dianggap mirip dengan grafiti, tapi kalau grafiti ada culture-nya sendiri. Dari segi penggunaan media juga berbeda karena mural menggunakan cat, sedangkan grafiti menggunakan spray paint. Seni mural juga  bisa di mana saja, bisa di tembok, jalanan, basketball court dan bidang luas lainnya,” kata Yessi.

Bagi Yessi, menggambar di media yang luas seperti di permukaan tembok dapat memberikan kepuasan sendiri. Atas dasar itulah, Yessi yang mulanya menggambar di atas kanvas lalu beralih ke dinding karena ingin karyanya dinikmati oleh banyak orang. 

“Kalau lukisan, harus melewati proses yang panjang untuk bisa masuk ke galeri atau pameran. Sejujurnya saya sudah coba beberapa kali, tapi sayangnya karya saya belum berhasil lolos kurasi. Saya sempat putus asa. Lalu terpikir cara lain bagaimana agar gambar saya bisa dilihat orang lain tanpa ada ‘syarat’. Dan mural adalah jawabannya,” ungkap Yessi.

Ciri yang paling menonjol dalam mural milik Yessi terlihat dari pemilihan warna-warna yang ceria dan meriah. Yessi juga menyimbolkan pesan sesuai dengan hal-hal atau isu yang berada di sekitar lokasi dinding mural yang akan dia gambar. 

“Saya senang warna-warni yang ceria dan playfull karena ingin mural buatan saya membawa pesan dan kesan yang positif. Belakangan ini saya sering menggambar sosok perempuan. Sebenarnya secara tidak langsung ingin menyiratkan bahwa karya mural ini buatan saya, seorang perempuan. Memang seniman mural perempuan di Indonesia ini masih sedikit sekali. Jadi sekalian ingin mengajak agar lebih banyak lagi seniman mural perempuan yang berani berkarya,” ujar Yessi.

Yessi menjelaskan, proses pertama sebelum menggambar mural adalah dengan mengambil foto dindingnya dulu. Lalu, dengan bantuan aplikasi photo editing, Yessi “membagi” foto dinding menjadi beberapa kotak yang akan menjadi patokannya ketika menggambar. Lalu, setelah semuanya sesuai, Yessi siap mengubah dinding polos menjadi mural beraneka warna. 

“Tantangan tersulit bagi saya justru adalah melawan ketinggian. Bahkan sampai sekarang, saya harus selalu beradaptasi dari awal lagi setiap membuat mural karena saya takut ketinggian. Tapi kalau sudah mulai bekerja, lama-lama saya mulai terbiasa dan menikmatinya,” tutur Yessi. 

Semua Bermula dari India

Awal perjalanan Yessi dimulai dari India, ketika dia terjebak akibat pandemi pada 2020 lalu. Di sana, Yessi mengaku putus asa karena dia tidak bisa pulang ke Indonesia dan tidak bekerja. Di tengah kebuntuan itu,Yessi mendapat informasi bahwa ada sebuah festival dan pendaftarannya sedang dibuka. Yessi lalu mendaftarkan dirinya dan ternyata lolos sebagai peserta. 

“Saya akhirnya menjadi peserta pada festival di Kannagi Art District. Saya menggambar di permukaan dinding seluas 15 x 14 meter pada sebuah gedung berlantai 4. Saya memasukkan elemen-elemen yang saya temui di sekitar Kannagi seperti koral, alga, dan bunga. Ini jadi mural terbesar yang pernah saya buat,” kata Yessi.

Rupanya mural di Kannagi direspons dengan baik oleh panitia dan masyarakat sekitar. Hal ini diakui Yessi menjadi pemacu semangatnya untuk terus berkarya. Yessi melihat titik terang dan ingin lebih serius lagi dalam seni mural. Selanjutnya ia terbang ke Pompeii, Italia, setelah lolos dan terdaftar sebagai peserta untuk Pompeii Street Festival. Selesai di Pompeii, Yessi berpindah lagi ke Cape Town, Afrika Selatan, dalam acara Internasional Public Art Festival. 

“Saya merasa karya saya di India adalah titik balik dan batu loncatan di saat yang bersamaan. Lalu terus berlanjut ke Pompeii hingga Cape Town. Rasanya senang sekali. Waktu kecil, saya bermimpi bisa ke Eropa. Akhirnya bisa tercapai justru karena mural, hal yang saya cintai. Berkarya sambil membawa nama bangsa sungguh hal yang tidak terduga,” aku Yessi.

Yessi bangga karena ia menjadi satu-satunya dan seniman mural perempuan pertama asal Indonesia yang ikut festival-festival tersebut. Perempuan yang berdomisili di Bali ini juga menjadi seniman mural dari Asia Tenggara pertama yang karyanya terpampang di India, Nepal, Kamboja, Italia, hingga Afrika Selatan. Bahkan pada 2022 ini, Yessi atau yang lebih sering disebut Yessiow akan terbang ke Inggris Raya, Yunani, dan Jerman untuk mengikuti festival mural di sana.

Sumber : https://kemenparekraf.go.id/
Selasa, 12 April 2022