Hari Pahlawan yang diperingati setiap tanggal 10 November adalah momen penting untuk mengenang perjuangan heroik rakyat Indonesia dalam mempertahankan kemerdekaan, terutama melalui peristiwa Pertempuran Surabaya pada tahun 1945. Pertempuran ini merupakan salah satu konflik bersenjata terbesar dan terberat antara pasukan Indonesia melawan Sekutu (khususnya Inggris) setelah Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945.
💥 Pemicu Utama: Kedatangan Sekutu dan Insiden Bendera
Latar belakang pertempuran ini bermula dari beberapa kejadian yang menunjukkan upaya pihak asing untuk kembali menancapkan kekuasaan di Indonesia yang baru saja merdeka:
- Kedatangan Pasukan Sekutu (AFNEI): Setelah Jepang menyerah pada Perang Dunia II, pasukan Sekutu (termasuk Inggris, yang bertugas melucuti tentara Jepang dan membebaskan tawanan perang) mendarat di Indonesia. Namun, kedatangan mereka “ditunggangi” oleh tentara NICA (Netherlands Indies Civil Administration) yang merupakan wakil dari pemerintah kolonial Belanda, yang berniat mengambil alih kembali Indonesia.
- Insiden Hotel Yamato (19 September 1945): Ketegangan memuncak di Surabaya. Sekelompok orang Belanda mengibarkan bendera Belanda (Merah-Putih-Biru) di puncak Hotel Yamato (sekarang Hotel Majapahit), Tunjungan, Surabaya, tanpa izin. Hal ini memicu kemarahan rakyat Surabaya. Para pemuda kemudian memanjat hotel, merobek bagian warna biru bendera tersebut, menyisakan warna Merah Putih, yang merupakan simbol kedaulatan Republik Indonesia.
⚰️ Kematian Mallaby dan Ultimatum Sekutu
Meskipun sempat terjadi kesepakatan gencatan senjata pada 29 Oktober 1945, kontak senjata kecil masih sering terjadi. Keadaan semakin memanas dan mencapai titik balik ketika:
- Tewasnya Jenderal Mallaby (30 Oktober 1945): Brigadir Jenderal A.W.S. Mallaby, Komandan Pasukan Inggris untuk Jawa Timur, tewas dalam insiden baku tembak di dekat Jembatan Merah. Hingga kini, penyebab pasti kematian Mallaby masih diperdebatkan, namun peristiwa ini membuat pihak Inggris marah besar.
- Ultimatum Inggris (9 November 1945): Pengganti Mallaby, Mayor Jenderal E.C. Mansergh, mengeluarkan ultimatum keras. Isi utamanya adalah tuntutan agar semua pemimpin dan rakyat Indonesia di Surabaya menyerahkan senjata mereka selambat-lambatnya pada 10 November 1945, pukul 06.00 WIB, dan bersedia menandatangani pernyataan menyerah tanpa syarat.
🔥 Puncak Perlawanan: 10 November 1945
Rakyat Surabaya, di bawah kepemimpinan Gubernur Jawa Timur Suryo dan para tokoh pejuang seperti Bung Tomo—yang berorasi membakar semangat perlawanan melalui radio—menolak ultimatum tersebut mentah-mentah. Penolakan ini menandakan kesediaan untuk berjuang hingga titik darah penghabisan.
Pada 10 November 1945, Sekutu melancarkan serangan besar-besaran dari darat, laut, dan udara. Surabaya berubah menjadi medan pertempuran yang brutal dan berlangsung selama kurang lebih tiga minggu. Meskipun pasukan Indonesia kalah dalam persenjataan, semangat juang dengan semboyan “Merdeka atau Mati!” membuat perlawanan mereka begitu gigih. Pertempuran ini menelan ribuan korban jiwa di pihak Indonesia.
🎖️ Penetapan Hari Pahlawan
Kegigihan dan pengorbanan besar rakyat Surabaya dalam menghadapi kekuatan militer asing yang jauh lebih unggul ini menjadi simbol nasional atas tekad bangsa Indonesia untuk mempertahankan kemerdekaan. Untuk menghormati jasa dan mengenang perjuangan para pahlawan yang gugur dalam Pertempuran Surabaya, Presiden Soekarno menetapkan tanggal 10 November sebagai Hari Pahlawan melalui Keputusan Presiden Nomor 316 Tahun 1959.
Hari Pahlawan adalah pengingat bahwa kemerdekaan Indonesia bukanlah pemberian, melainkan hasil dari perjuangan, pengorbanan, dan keberanian para pendahulu yang pantang menyerah.