Karawitan berasal dari bahasa jawa rawit berarti rumit, berbelit-belit, tetapi rawit juga berarti halus, cantik, berliku-liku dan enak. Kata jawa karawitan khususnya dipakai untuk mengacu kepada musik gamelan, musik Indonesia yang bersistem nada nondiatonis (dalam laras slendro dan pelog) yang garapan-garapannya menggunakan sistem notasi, warna suara,ritme, memiliki fungsi, pathet dan aturan garap dalam bentuk sajian instrumentalia, vokalia dan campuran yang indah didengar, mengandung nilai-nilai historis dan filosofis bagi bangsa Indonesia.

Sebelum istilah karawitan mencapai popularitas di masyarakat seperti sekarang ini,dalam kehidupan sehari-hari, khususnya di lingkungan daerah Jawa Tengah dan Yogyakarta,sudah sering terdengar kata rawit yang artinya halus, indah-indah (Prawiroatmojo, 1985:134).Begitu pula sudah terdengar kata ngrawit yang artinya suatu karya seni yang memiliki sifat- sifat yang halus, rumit, dan indah (Soeroso:1985;1986). Dari dua hal tersebut dapat diartikan bahwa seni karawitan berhubungan dengan sesuatu yang halus, dan rumit. Kehalusan dan kerumitan dalam seni karawitan tampak nyata dalam sajian gending maupun asesoris lainnya. Suhastjarja (1984) mendefinisikan seni karawitan adalah musik Indonesia yang berlaras non diatonic (dalam laras slendro dan pelog). Istilah gamelan telah lama dikenal di Indonesia, sudah disebut pada beberapa kakawin Jawa Kuno. Arti kata gamelan, sampai sekarang masih dalam dugaan-dugaan. Mungkin jugakata gamelan terjadi dari pergeseran atau perkembangan dari kata gembel. Gembel adalah alat untuk memukul. Karena cara membunyikan instrument itu dengan dipukul-pukul. Barang yang sering dipukul namanya gembelan. Kata gembelan ini bergeser atau berkembang menjadi gamelan. Bagi masyarakat Jawa gamelan mempunyai fungsi estetika yang berkaitan dengan nilai-nilai sosial, moral dan spiritual. (Diambil dari buku Seni Karawitan Jawa, Dr. Purwati, M.Hum., dan Drs. Afendy Widayat, 2006)

Karawitan merupakan seni musik yang adi luhung dan dapat disajikan dalam nuansa gembira, sedih, jenaka, marah, bahkan dapat disajikan secara khusus pada acara sakral dalam kegiatan ritual. Oleh karena itu penampilan dalam penyajian Karawitan perlu diperhatikan pula etika dan tata krama yang berlaku. Pada penyajian karawitan, para penabuh tidak dibenarkan menabuh sesuka hati, tanpa metoda maupun posisi menabuh yang tidak semestinya. Pada penyajian Karawitan, para penabuh harus berpedoman pada metode Karawitan dan cara menabuh Gamelan yang berlaku secara umum.

Etika Karawitan dan cara menabuh gamelan yang baik adalah sebagai berikut :

  1. Waktu akan masuk dan keluar tempat gamelan, tidak diperkenankan melangkahi ricikan.
  2. Menabuh ricikan dengan cara/teori yang benar.
  3. Menabuh dengan bersikap tenang, posisi duduk bersila, menghadap ke ricikan yang sedang
  4. Pada saat menabuh tidak boleh sambil merokok atau makan.
  5. Tidak berpindah tempat pada waktu menabuh gemelan.
  6. Pada saat menabuh tidak diperkenankan sambil bercakap-cakap dengan orang diluar tempat

SMA Negeri 1 Seyegan merupakan sekolah rintisan Sains, Budaya, dan Olahraga (SBO). Salah satu cabang di bidang Budaya adalah Seni Karawitan. Kegiatan Karawitan dilaksanakan pada setiap hari Rabu, mulai pukul 13.30 sampai dengan 15.30. Kegiatan Pelatihan Seni Karawitan di SMA Negeri 1 Seyegan dilaksanakan di Ruang Karawitan SMA Negeri 1 Seyegan, dan Ruang Karawitan Kalurahan Margoagung, Seyegan (meminjam). Peserta Seni Karawitan di SMA Negeri 1 Seyegan didasarka pada bakat dan minat dari peserta didik. Penentuan peserta seni karawitan melalui angket yang diberikan oleh Tim SBO guna menjaring peserta didik yang berminat dalam seni Karawitan. (Sunaryo)